Minggu, 01 Januari 2012

Jogja Istimewa (bag.2)


Kalau di postingan sebelumnya, aku ngomongin Jogja dari segi tempatnya, disini aku ngomong dari sisi kebiasaan, keunikan, de el el...


Pertama, Alun-alun kidul Jogja dengan beringin kembarnya (aku ambil dari segi uniknya, bukan tempatnya). Mungkin diawali dengan mitosnya. Konon, beringin ini ditanam oleh 2 orang (lupa siapa yang nanam, padahal udah pernah diceritain sama yang jaga sana). Tapi, siapa yang bisa berjalan lurus hingga lewat di tengah beringin itu, bakal banyak rejeki, doanya dikabulkan. Percobaan sampai 3 kali dalam waktu yang sama. Kalau sudah berhasil, jangan coba lagi. Ini mitos ya, boleh percaya boleh g.

Jadi ceritanya, kalau kita kesana, ada penjaga yang nyewain penutup mata, sambil "mandu" kita cara-cara melewati beringin itu. Karena penasaran, aku dan temanku nyoba. Percobaan pertama, aku melenceng jauh ke kiri. Percobaan kedua (dengan panduan "kiri-kiri, kanan-kanan" dari pak penjaga tadi, mirip tukang parkir) aku baru bisa lewat tengah. Percobaan pertama temanku, dia muter-muter dilapangan, lama banget. Percobaan kedua (dengan teknik lari) dia melenceng jauh ke kiri. Percobaan ketiga (dengan panduan bapak penjaga) baru dia berhasil.

Setelah aku dan temanku ngobrol, rasanya pas udah jalan, kayak ada yang mengganggu pikiran biar jalannya melenceng, padahal udah "berencana" untuk lurus, tapi setelah ditutup mata, malah g karuan tujuannya...

Ini percobaan pertama. Yang kaos merah itu aku, yang kaos putih itu penjaganya...

Kedua,
"Ayo mas, 3 orang satu becak 5ribu, nanti diajak muter-muter ke benteng, tempat dagadu, bakpia, keraton, tamansari. Ditunggu sampai mas puas keliling-keliling" kata abang becak di malioboro.
"Satu becak 5ribu, bisa buat bertiga, nanti diajak muter-muter ke museum kereta, tamansari, tempat dagadu, bakpia." kata abang becak di keraton.

Iya, saat kalian jalan kaki, pasti ada abang becak yang nawarin kalian. Intinya 5ribu diajak muter-muter ke banyak tempat. Murah?

Hm, iya sih, apalagi sampai ditungguin. Awalnya sih kami mau. Setelah selesai, baru ngeh... Mungkin dari kita cuma dapet 5ribu, tapi dari tempat dagadu dan bakpia mereka dapat honor juga, secara, mereka bawa pelanggan ke tempat mereka.
Tapi daripada capek muter jalan kaki, sepertinya jasa abang becak ini bisa digunakan... :)

Unik.

Ketiga, cuma Jogja (setelah Jakarta tentunya...hehe) yang punya angkutan umum dalam kota Trans (Transjogja)... Walaupun belum segedhe punya Jakarta, dan jalurnya juga belum sebanyak Jakarta, tapi ada keunggulan yang di Jakarta g ada... Jadwal TERATUR.
Kalau Transjogja, selang waktu antara bus satu dengan satu lainnya sekitar 10-15 menit. Jadi, pas kita tanya "Masih lama mas?" sama petugas, dia jawab "7-9 menit lagi". Kalau di Jakarta kita tanya seperti itu, jawabnya "Tunggu aja mas!" hehehehe...
Transjogja ada 4 rute, masing-masing punya kebalikan A dan B. Jadi kita g bisa seenaknya bolak balik sembarangan kayak Trasnjakarta. Sebaiknya, sebelum naik Transjogja tahu jalurnya, atau seenggaknya tanya dulu.

Jogja juga sangat menghargai orang-orang yang berolahraga dan hemat energi, maksudnya yang berkendaraan sepeda. Ada jalur alternatif untuk pengguna sepeda, tentunya agar cepat smpai tujuan dan tidak terganggu pengguna kendaraan bermotor...

Ada lagi yang unik.
Pas di traffic light, saat lampu merah sempat lihat ada tulisan berjalan. "Hemat BBM, matikan mesin hingga detik ke 20" atau kurang lebih seperti itu lah tulisannya. Coba bayangkan kalau semua traffic light seperti itu, berapa banyak energi (BBM) yang g terbuang sia-sia selama nunggu lampu ijo lagi. Sayang g sempet dapet fotonya, tapi ini beneran g bohong, sumpah...

Jika kalian ada waktu, datanglah ke Jogja, rasakan sensasinya.

0 komentar:

Posting Komentar