Rabu, 11 April 2012

Bersuaralah...!

Terus terang, sejak diberi amanah lebih untuk berada di "dalam" Dewan Perwakilan Mahasiswa, aku lebih banyak tahu tentang "Mahasiswa STIS"...

Terutama saat fenomena "Mengatasi Kekurangan Keuangan IMASTIS"...

Jika memang dengan tegas berpendapat setuju dan tidak setuju... I apreciate that...

Terimakasih untuk teman-teman mahasiswa yang berpendapat setuju dengan memberikan saran...
Terimakasih juga untuk teman-teman mahasiswa yang tidak setuju dengan alasannya sendiri, dan bersikukuh tetap tidak setuju walaupun diberi penjelasan... It's okay... Itu sikap... Dan sikap tidak bisa dipaksakan...

Ataupun abstain karena bingung menentukan sikap... Itu juga termasuk sikap...
Daripada yang dibawah ini :

Ada beberapa tanggapan yang masih terngiang di kepala... Ini permasalahan, yang jauh lebih besar daripada hanya permasalahan mengatasi kekurangan keuangan IMASTIS...

Pertama...
Memilih setuju dengan opini "Memang bisa tidak setuju ya..."
Menurutku, tanggapan seperti ini muncul karena adanya beberapa kebijakan kamp*s yang tidak pro-mahasiswa... Walaupun memang sudut pandang pro ini bisa berbeda setiap mahasiswa...
Tapi, bagaimanapun itu, seperti adanya paksaan terhadap pelaksanaan kebijakan dimana mahasiswa tidak bisa memberikan saran, kritik ataupun penolakan...

Kedua...
Memilih setuju dengan opini "Ya sudah lah ya..."
Pandangan ini, juga berbahaya...
Bayangkan jika ada kebijakan yang sifatnya voting, sedangkan opini di atas banyak muncul, akan banyak opini setuju yang padahal hal itu tidak "menggambarkan" kondisi yang seharusnya ada...
Atau, karena opini itu, kebijakan akan salah...

Ketiga...
Tidak memberi pendapat karena tidak peduli...
Ini berbeda dengan abstain ya...
Tidak memberikan pendapat ya karena It's not my business...
Tapi sebenarnya, It's your business too...
Karena kebijakan yang ada adalah untuk pemberi opini, jika pemberi opini tidak peduli terhadap proses pengambilan kebijakan, apa artinya pemberi opini akan mengabaikan kebijakan?


Dari ketiga opini tadi, aku sedikit berkesimpulan, 2 hal...
Tidak ada media untuk bersuara...
Atau, "sakit hati" karena selama ini sudah bersuara tapi nyatanya tidak di dengar?


Nah, teman-teman yang budiman...
Ke depan, dimulai dengan kebijakan "ini", proses pengambilan keputusan berkaitan dengan kemahasiswaan (khususnya dalam ranah kerja DPM) diusahakan dilaksanakan dengan proses diskusi...
Artinya, disamping suara "setuju", suara "tidak setuju" tetap didengar, juga menjadi perhatian untuk diambil tindakan sesuai dengan alasannya tidak setuju...
Proses voting untuk pengambilan keputusan adalah hal terakhir yang dilakukan...
Bandingan seperti ini... Jika Suara total sejumlah 1000... menyatakan setuju 900 dan tidak setuju 100...
Proses voting akan melihat angka 100 sebagai hal yang sangat kecil...
Tapi pada proses diskusi, suara 100 bisa saja seimbang dengan 900, atau bahkan bisa lebih kuat...

Permasalah pertama, sedikit demi sedikit diperbaharui...
Mulai sekarang, banyak medianya...
SMS, Angket, Kotak saran, Grup fb, maupun disampaikan langsung kepada anggota DPM...

Kemudian permasalahan kedua, Intinya adalah, BERSUARALAH... Sampaikan secara langsung, atau bisa disampaikan melalui DPM...
*saya jadi ingat, tadi ada yang tiba-tiba memberi surat kepada saya yang berisi usulan... :) *
Dan tentunya akan berusaha disampaikan oleh DPM kepada yang TERKAIT, dan di"dampingi" prosesnya...
Ini bermula dari "Penyampaian Hasil Angket" bulan Februari lalu...
*perlu teman-teman tahu bagaimana SUSAH proses penyampaiannya, tapi akan tetap diusahakan, karena sudah menjadi amanah*


Salam Mahasiswa !

2 komentar:

Anonim mengatakan...

uang ialah masalah polemik pa kampus kedinasan.. hehe

eve.azure mengatakan...

110.000/2=65.000
mau dipotong Rp 110.000, tapi dua kali...
piye bos?
}:)
khakhakhakhkahakhakhahak

Posting Komentar